ABDULLAH BIN MAS’UD
ABDULLAH
BIN MAS’UD
YANG PERTAMA KALI MENGUMANDANGKAN
AL-QURAN DENGAN SUARA MERDU
YANG PERTAMA KALI MENGUMANDANGKAN
AL-QURAN DENGAN SUARA MERDU
Sebelum Rasulullah masuk ke rumah
Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam
yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw. Dengan demikian ia termasuk
golongan yang mula pertama masuk Islam ….
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Tiba-tiba datang Nabi saw. bersama
Abu Bakar, dan sertanya: “Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami?”.
“Aku orang kepercayaan” ujarku”, “dan tak dapat memberi anda berdua minuman … !
“
Maka sabda Nabi saw.: “Apakah kamu
punya kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh yang jantan . . . ?”
“Ada”, ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh
Nabi lalu disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair
banyak …. Kemudian Abu Bakar mengambilkan sebuah batu cernbung yang digunakan
Nabi untuk menampung perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minumlah, dan saya pun
tidak ketinggalan . . . . Setelah itu Nabi menitahkan kepada susu:
“Kempislah!”, maka susu itu menjadi kempis ….
Setelah peristiwa itu saya datang
menjumpai Nabi, kataku: “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Alangkah heran dan takjubnya Ibnu
Mas’ud ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang
dipercaya memohon kepada Tuhannya sambil menyapu susu hewan yang belum pernah
berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa
air susu murni yang enak buat diminum . . .!
Pada sa’at itu belum disadarinya
bahwa peristiwa yang disaksikannya itu hanyalah merupakan mu’jizat paling
enteng dan tidak begitu berani, dan bahwa tidak berapa lama lagi dari
Rasulullah yang mulia ini akan disaksikannya mu’jizat yang akan menggoncangkan
dunia dan memenuhinya dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan pada saat itu juga belum
diketahuinya, bahwa dirinya sendiri yang ketika itu masih seorang remaja yang
lemah lagi miskin, yang menerima upah sebagai penggembala kambing milik ‘Uqbah
bin Mu’aith, akan muncul sebagai salah satu dari mu’jizat ini, yang setelah
ditempa oleh Islam menjadi seorang beriman, akan mengalahkan kesombongan
orang-orang Quraisy dan menaklukkan kesewenangan para pemukanya ….
Maka ia, yang selama ini tidak
berani lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan
menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian hari setelah masuk
Islam, ia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua
pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka
dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan
wahyu Illahi al-Quranul Karim:
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman . – - .
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman . – - .
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Lalu dilanjutkannya bacaannya,
sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan
mata dan pendengaran telinga mereka …. dan tak tergambar dalam fikiran mereka
bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka . . . , tidak lebih
dari seorang upahan di antara mereka, dan penggembala kambing dari salah
seorang bangsawan Quraisy . . . . yaitu Abdullah bin Mas’ud, seorang miskin
yang hina dina
Marilah kita dengar keterangan dari
saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan mena)ubkan itu! Orang itu
tiada lain dari Zubair r.a. katanya:
“Yang mula-mula menderas al-Quran di
Mekah setelah Rasulullah saw. ialah Abdullah bin Masud r.a. Pada suatu hari
para shahabat Rasulullah berkumpul, kata mereka: “Demi Allah orang-orang
Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun al-Quran ini dibaca dengan suara keras
di hadapan mereka ….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud: “Saya.”
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud: “Saya.”
Kata mereka: “Kami khawatir akan
keselamatan dirimu! Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai
kerabat yang akan mempertahankannya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud
jahat . . . . “
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Masud
pula, “Allah pasti membela”. Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di
waktu dluha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya ….
Ia berdiri di panggung lalu membaca
Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan suaranya: Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya sesamanya: “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu . . . ? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan suaranya: Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya sesamanya: “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu . . . ? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Mereka bangkit mendatangi dan
memukulinya, sedang Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang dikehendaki
Allah . . . . Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali
kepada para shahabat. Kata mereka: “Inilah yang kami khawatirkan terhadap
dirimu ….
Ujar Ibnu Ma’sud: “Sekarang ini tak
ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya
tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang
sama esok hari …. ! “
Ujar mereka: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Ujar mereka: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar, pada saat Ibnu Mas’ud
tercengang melihat susu kambing tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum
menyadari bahwa ia bersama kawan-kawan senasib dari golongan miskin tidak
berpunya, akan menjadi salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah, yakni ketika
mereka bangkit memanggul panji-panji Allah dan menguasai dengannya cahaya Siang
dan sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat itu telah dekat . . . Kiranya
secepat itu hari datang dan lonceng waktu telah berdentang, anak remaja buruh
miskin dan terlunta-lunta serta-merta menjadi suatu mu’jizat di antara berbagai
mu’jizat Rasulullah …. !
Dalam kesibukan dan berpacuan hidup,
tiadalah ia akan menjadi tumpuan mata . . . . Bahkan di daerah yang jauh dari
kesibukan pun juga tidak . . . .! Tak ada tempat baginya di kalangan hartawan,
begitu pun di dalam lingkungan ksatria yang gagah perkasa, atau dalam deretan
orang-orang yang berpengaruh.
Dalam soal harta, ia tak punya
apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh,
maka derajatnya jauh di bawah . . . . Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya
itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari
perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang
kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukkan
para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk
mengimbangi nasibnya yang tersia terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu
pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang
tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan ….
Sungguh, tidak meleset kiranya
pandangan jauh Rasulullah saw. ketika beliau mengatakan kepadanya: “Kamu akan
menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya
hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad saw., dan tulang punggung
para huffadh al-Quranul Karim.
Mengenai dirinya ia pernah
mengatakan:
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran yang kudengar langsung dari Rasulullah saw. tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini ……
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran yang kudengar langsung dari Rasulullah saw. tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini ……
Dan rupanya Allah swt. memberinya
anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan al-Quran
secara terang-terangan dan menyebarluaskannya di segenap pelosok kota Mekah di
saat siksaan dan penindasan merajalela, maka dianugerahi-Nya bakat istimewa
dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan luar biasa dalam memahami arti
dan maksudnya.
Rasulullah telah memberi washiat
kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya:
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin . ! “
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda Nabi saw.:
“Barang siapa yang ingin hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin … !
Barang siapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin … ! “
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin . ! “
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda Nabi saw.:
“Barang siapa yang ingin hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin … !
Barang siapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin … ! “
Sungguh, telah lama Rasulullah
menyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud Pada suatu hari ia
memanggilnya sabdanya:
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah . . .
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka …. !
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah . . .
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka …. !
Ketika orang-orang kafir yang
mendurhakai Rasul sama berharap kiranya mereka disamaratakan dengan bumi . . .
.! dan mereka tidak dapat merahasiakan pembicaraan dengan Allah …. !”
(Q S 4 an-Nisa: 41 — 42)
(Q S 4 an-Nisa: 41 — 42)
Maka Rasulullah tak dapat manahan
tangisnya, air matanya meleleh dan dengan tangannya diisyaratkan kepada Ibnu
Mas’ud yang maksudnya: “Cukup …. cukuplah sudah, hai Ibnu Mas’ud . . .! “
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud
menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya, katanya:
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu!”
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu!”
Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah
diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai
dirinya:
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah
Dan berkata Abu Musa al-Asy’ari:
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud ….
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud ….
Dan orang-orang yang dikenal dari
shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui bahwa putera dari Ummi ‘Abdin adalah
yang paling dekat kepada Allah …. ! “
Pada suatu hari serombongan shahabat
berkumpul pada Ali karamallahu wajhah (semoga Allah memuliakan wajah atau
dirinya), lalu kata mereka kepadanya:
“Wahai Amirul Mu’minin, kami tidak
melihat orang yang lebih berbudi pekerti, lebih lemah-lembut dalam mengajar,
begitu pun yang lebih baik pergaulannya, dan lebih shalih daripada Abdullah bin
Mas’ud …. !”
Ujar Ali: “Saya minta tuan-tuan
bersaksi kepada Allah, apakah ini betul-betul tulus dari hati tuan-tuan ….. 2
“Benar”, ujar mereka.
“Benar”, ujar mereka.
Kata Ali pula: “Ya Allah, saya mohon
Engkau menjadi saksinya, bahwa saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa
yang mereka katakan itu, atau lebih baik dari itu lagi….
Sungguh, telah dibacanya al-Quran,
maka dihalalkannya barang yang halal dan dihararnkannya barang yang Haram . . .
, seorang yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah ….
! “
Suatu ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka:
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan sementara kita
bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah saw.). . .”.
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah r.a. beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah saw., suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la lebih sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan lebih-lebih lagi ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar “Peti Rahasia”.
Suatu ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka:
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan sementara kita
bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah saw.). . .”.
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah r.a. beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah saw., suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la lebih sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan lebih-lebih lagi ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar “Peti Rahasia”.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari:
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah saw., pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah saw., pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
Adapun yang menjadi sebab ialah
karena Rasulullah saw. amat menyayanginya, terutama keshalihan dan
kecerdasannya Serta kebesaran jiwanya, hingga Rasulullah pernah bersabda
mengenai dirinya:
“Seandainya saya hendak mengangkat
seseorung sebagai amir tanpa musyawarat dengan Kaum Muslimin, tentulah yang
saya angkat itu Ibnu Umi ‘Abdin. . . “.
Dan telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya:
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan Rasulullah saw., hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada orang lain, bersabda Rasulullah saw. kepadanya:
“Saya idzinkan kamu bebas dari tabir hijab. . .
Dan telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya:
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan Rasulullah saw., hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada orang lain, bersabda Rasulullah saw. kepadanya:
“Saya idzinkan kamu bebas dari tabir hijab. . .
“INI MERUPAKAN LAMPU HIJAU BAGI Ibnu
Mas’ud untuk masuk rumah Rasulullah saw. dan pintunya senantiasa terbuka
baginya, biar Siang maupun malam. Dan inilah yang pernah diperkatakan oleh para
shahabat:
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan – - .”.
Dan memang Ibnu Mas’ud layak untuk memperoleh keistimewaan ini . . . . Karena walaupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan – - .”.
Dan memang Ibnu Mas’ud layak untuk memperoleh keistimewaan ini . . . . Karena walaupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
Mungkin gambaran yang melukiskan
akhlaqnya secara tepat, ialah sikapnya ketika menyampaikan Hadits dari
Rasulullah saw. setelah beliau wafat. Walaupun ia jarang menyampaikan Hadits
dari Rasulullah saw., tetapi kita lihat setiap ia menggerakkan kedua bibirnya
untuk mengatakan: “Saya dengar Rasulullah menyampaikan Hadits dan bersabda . .
. .”, maka tubuhnya gemetar dengan amat sangat, dan ia tampak gugup dan
gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya akan alpa, hingga bersalah menaruh
kata di tempat yang lain …. !
Marilah kita dengarkan
kawan-kawannya melukiskan gejala gejala ini! Berkatalah ‘Amar bin Maimun:
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw., kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: Telah bersabda Rasulullah saw. Tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah . . .”.
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw., kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: Telah bersabda Rasulullah saw. Tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah . . .”.
Dan bercerita Alqamah bin Qais:
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja . . . . Di saat itu saya lihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja . . . . Di saat itu saya lihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak
Dan diceritakan pula oleh Masruq
mengenai Abdullah ini:
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya: “Saya dengar Rasulullah saw “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar pula …. Kemudian
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya: “Saya dengar Rasulullah saw “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar pula …. Kemudian
katanya: “Atau kira-kira
demikian atau kira-kira seperti
itulah . . .”.
Nah, sampai sejauh inilah
ketelitian, penghormatan dan penghargaannya kepada Rasulullah saw ….Disamping
menjadi bukti ketaqwaannya, ketelitian dan penghormatannya ini merupakan tanda
kecerdasannya …. !
Orang yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah saw., penilaiannya terhadap kemuliaan Rasulullah lebih tepat. . . Dan itulah sebabnya adab sopan santunnya terhadap Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya dan tak ada duanya . – . .!
Orang yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah saw., penilaiannya terhadap kemuliaan Rasulullah lebih tepat. . . Dan itulah sebabnya adab sopan santunnya terhadap Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya dan tak ada duanya . – . .!
Ibnu Mas’ud tak hendak berpisah dari
Rasulullah saw. baik di waktu bermukim maupun di waktu bepergian. la telah
turut mengambil bagian dalam setiap peperangan dan pertempuran. Dan peranannya
dalam perang Badar meninggalkan kenangan yang tak dapat dilupakan, yakni
rubuhnya Abu Jahal oleh tebasan pedang Kaum Muslimin pada hari yang keramat itu
….
Khalifah-khalifah dan para shahabat
Rasul mengakui kedudukannya ini, hingga ia diangkat oleh Amirul Mu’minin Umar
sebagai Bendaharawan di kota Kufah. Kepada penduduk waktu mengirimnya itu
dikatakan:
“Demi Allah yang tiada Tuhan
melainkan Dia, sungguh saya lebih mementingkan tuan-tuan daripada diriku, maka
ambillah dan pelajarilah ilmu daripadanya … ! “
Dan penduduk Kufah telah
mencintainya, suatu hal yang belum pernah diperoleh orang-orang sebelumnya,
atau orang Yang setaraf dengannya . . . . Sungguh, kebulatan penduduk kufah
untuk mencintai seseorang, merupakan suatu hal yang mirip dengan mu’jizat ….
Sebabnya ialah karena mereka biasa menentang dan memberontak, mereka tidak
tahan menghadapi hidangan yang serupa …. dan tidak mampu hidup selalu dalam
aman dan tenteram …. !
Dan karena kecintaan mereka
kepadanya demikian rupa, sampai-sampai mereka mengerumuni dan mendesaknya
sewaktu’ ia hendak diberhentikan oleh Khalifah Utsman r.a. dari jabatannya,
kata mereka: “Tetaplah anda tinggal bersama kami di sini dan jangan pergi, dan
kami bersedia membela anda dari malapetaka yang akan menimpa anda!”
Tetapi dengan kalimat yang
menggambarkan kebesaran jiwa dan ketaqwaannya, Ibnu Mas’ud menjawab, katanya:
“Saya harus taat kepadanya, dan di
belakang hari akan timbul peristiwa-peristiwa dan fitnah, dan saya tak ingin
menjadi orang yang mula-mula membukakan pintunya . ! “
Pendirian mulia dan terpuji ini
mengungkapkan kepada kita hubungan Ibnu Mas’ud dengan Khalifah Utsman …. Di
antara mereka telah terjadi perdebatan dan perselisihan yang makin lama makin
sengit, hingga gaji dan tunjangan pensiunnya ditahan dari Baitulmal . . . .
Walau demikian namun tidak sepatah kata pun yang tidak baik keluar dari
mulutnya mengenai Utsman ….
Bahkan ia berdiri sebagai pembela
dan memperingatkan rakyat ketika dilihatnya persekongkolan di masa Utsman itu
telah meningkat menjadi suatu pemberontakan ….
Dan ketika terbetik berita ke telinganya mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
Dan ketika terbetik berita ke telinganya mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
“Sekiranya mereka membunuhnya, maka
tak ada lagi orang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah
… ” ‘
Dalam pada itu di antara kawan-kawan
Ibnu Mas’ud ada yang berkata: “Tak pernah saya dengar Ibnu Mas’ud mengeluarkan
cercaan satu kata pun terhadap Utsman
Allah telah menganugerahinya hikmah
sebagaimana telah memberinya sifat taqwa. Ia memiliki kemampuan untuk melihat
jauh ke dasar yang dalam, dan mengungkapkannya secara menarik dan tepat ….
Marilah kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya:
Marilah kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya:
“Islamnya merupakan suatu
kemenangan…… hijrahnya merupakan pertolongan . . . , sedang pemerintahannya menjadi
suatu rahmat ….”
Berbicara tentang apa yang dikatakan
orang sekarang tentang relativitas masa, ia mengatakan:
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
Ia juga berbicara tentang pekerja
dan betapa pentingnya mengangkat taraf budaya kaum pekerja ini katanya
“Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan tidak pula untuk kepentingan akhirat ….”.
“Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan tidak pula untuk kepentingan akhirat ….”.
Dan di
antara kata-katanya
yang bersayap ialah:
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
Nah, itulah gambaran singkat
Abdullah bin Mas’ud shahabat Roulull,ah saw. Dan itulah dia
kilasan dari suatu kehidupan besar dan perkasa yang dilalui pemiliknya di jalan
Allah dan Rasul-Nya Serta Agama-Nya ….
Itulah dia laki-laki yang ukuran
tubuhnya seumpama tubuh burung
merpati kurus dan
pendek, hingga tinggi badannya tidak akan berapa bedanya dengan orang yang
sedang duduk …
Kedua betisnya kecil dan kempis,yang
tampak ketika itu memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat
Rasulullah saw. Para shahabat sama menertawakannya ketika melihat kedua
betisnya itu. Maka bersabdalah Rasulullah saw :
“Tuan-tuan menertawakan betis Ibnu
Masud . . . , keduanya di sisi Allah lebih berat timbangannya dari gunung Uhud
. ! “
Memang . . . , inilah dia orang yang
berasal dari keluarga miskin, buruh upahan, kurus dan hina, tetapi keyakinan
dan keimanannya telah menjadikannya salah seorang imam di antara imam-imam
kebaikan, petunjuk dan cahaya ….
Ia telah dikaruniai taufiq dan
ni’mat oleh Allah yang menyebabkannya termasuk dalam golongan “sepuluh orang
shahabat Rasul yang mula pertama masuk Islam”, yakni orangorang yang selagi
hidupnya telah menerima berita gembira beroleh ridla Allah dan surga-Nya ….
Ia telah terjun dan tak pernah absen
dalam setiap perjuangan yang berakhir dengan kemenangan di mass Rasulullah
saw., begitu pun di masa para khalifah sepeninggal beliau. Dan ia turut
menyaksikan dua buah imperium dunia membukakan pintunya dengan tunduk dan patuh
dimasuki panji-panji Islam dan ajarannya ….
Disaksikannya pula jabatan-jabatan
yang tersedia dan menunggu orang-orang Islam yang mau mendudukinya, begitu pun
harta yang tidak terkira banyaknya bertumpuk-tumpuk di hadapan mereka, tetapi
tidak satu pun yang dapat mengusik dan melupakannya dari janji yang telah
diikrarkannya kepada Allah dan Rasul-Nya, atau merintanginya dari garis hidup
dan ketekunan ibadat yang diliputi rasa khusyu’ dan taw adlu …..
Dan di antara keinginan dan
cita-cita hidup, tidak satu pun yang menarik hatinya kecuali sebuah, yakni yang
selalu dirindukan, menjadi buah bibir dan senandungnya, Serta menjadi
angan-angan untuk mendapatkannya ….
Nah, marilah kita simakkan
kata-katanya sendiri menceritakan hal itu kepada kita:
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti Rasulullah di perang Tabuk . . . . Maka tampak olehku nyala api di arah pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw. ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah bersabda: “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu . . . .! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di lubang lahat, beliau berdu’a: “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridlai pula ia oleh-Mu . . .! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi pemilik liang kubur itu ….
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti Rasulullah di perang Tabuk . . . . Maka tampak olehku nyala api di arah pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw. ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah bersabda: “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu . . . .! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di lubang lahat, beliau berdu’a: “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridlai pula ia oleh-Mu . . .! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi pemilik liang kubur itu ….
Nah, itulah dia satu-satunya
cita-cita yang diharapkan dan diangan-angankan selagi hidupnya ….
Dan sebagai anda ketahui, ia tak
pernah mencari kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang dikejar-kejar dan
diperebutkan orang, berupa kemuliaan, kekayaan, pengaruh atau jabatan . . . .
Hal ini semata-mata karena
cita-citanya adalah cita-cita seorang tokoh yang berhati mulia, berjiwa besar
dan berkeyakinan teguh . . . . seorang tokoh yang mendapat petunjuk dari Allah
memperoleh tuntutan dari al-Quran , dan menerima didikan dari Rasulullah saw
0 komentar:
Posting Komentar