AMMAR BIN YASIR
‘AMMAR
BIN YASIR
SEORANG TOKOH PENGHUNI SURGA
SEORANG TOKOH PENGHUNI SURGA
Seandainya
ada orang yang dilahirkan di Surga, lalu dibesarkan dalam haribaannya dan jadi
dewasa, kemudian dibawa ke dunia untuk jadi hiasan dan nur cahaya, maka
‘Ammar bersama ibunya Sumayyah dan bapaknya Yasir, adalah beberapa orang di
antara mereka ….
Tetapi
kenapa kita mengatakan tadi “seandainya”, seolah-olah itu hanya pengandaian
belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar penduduk Surga? Ketika
Rasulullah saw. bersabda:
“Shabar wahai keluarga Yasir, tempat
yang telah dijanjikan bagi kalian adalah Surga!”
kata-kata
itu diucapkannya bukanlah hanya sebagai hiburan belaka, tetapi benar-benar
mengakui kenyataan yang diketahuinya dan menguatkan fakta yang dilihat dan
disaksikannya ….
Yasir
bin ‘Amir yakni ayahanda ‘Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman
guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya …. Rupanya ia berkenan dan
merasa cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian
persahabatan dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah….
Abu
Hudzaifah mengawinkannya dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayyah binti
Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, kedua suami isteri itu
dikaruniai seorang putera bernama ‘Ammar ….
Keislaman
mereka termasuk dalam golongan yang mula pertama, sebagai halnya orang shalih
yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan sebagai halnya orang-orang shalih yang
termasuk dalam golongan yang mula pertama -masuk Islam, mereka cukup menderita
karena siksa dan kekejaman Quraisy ….
Orang-orang
Quraisy menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin sesuai suasana. Seandainya mereka
ini golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan
gertakan. Abu Jahal orang yang menggertaknya dengan ungkapan: “Kamu berani
meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu! Akan
kami uji sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan kehormatanmu, akan kami
rusak perniagaanmu dan akan kami musnahkan harta bendamu!” Dan setelah itu
mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit.
Dan
sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya
dan yang miskin, atau dari golongan budak belian, maka mereka didera dan
disulutnya dengan api bernyala.
Maka
keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini . . . . Dan soal
penyiksaan mereka, diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah
dan ‘Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan
berbagai adzab dan siksa!
Penderitaan
dan pengalaman Sumayyah dari siksaan ini amat ngeri dan menakutkan, tetapi
tidak akan kita paparkan panjang lebar sekarang ini. Insya Allah pada
kesempatan lain akan kita ceritakan pengurbanan dan keteguhan hati yang ditunjukkan
oleh Sumayyah bersama shahabat-shahabat dan kawan-kawan seperjuangannya di
hari-hari yang bersejarah itu….
Cukuplah
kita sebutkan sekarang tanpa berlebih-lebihan bahwa syahidah Sumayyah telah
menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah
membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan
kehormatan yang pamornya tak pernah luntur. Suatu sikap yang telah
menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang Mu’min di setiap zaman,
dan bagi para budiman di sepanjang masa ….
Rasulullah
saw. tidak lupa mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena
penyiksaan bagi keluarga Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya
untuk menolak bahaya dan mempertahankan diri. Dan rupanya demikian itu sudah
menjadi kehendak Allah … .
Maka
Agama baru, yakni Agama Nabi Ibrahim yang suci murni, suatu Agama yang hendak
dikibarkan panji-panjinya oleh Muhammad saw., bukanlah suatu gerakan perubahan
secara vertikal dan horizontal, tetapi merupakan suatu tata cara hidup bagi
manusia beriman. Dan manusia beriman ini haruslah memiliki dan mewarisi
bersama Agama itu sejarah lengkap dengan kepahlawanan, perjuangan dan
pengurbanannya … .
Pengurbanan-pengurbanan
mulia yang dahsyat ini tak ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama
dan ‘aqidah keteguhan yang takkan lapuk . . . .! Ia juga menjadi contoh teladan
yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati,
kebanggaan dan kasih sayang …. Ia adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi
generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat Agama, kebenaran dan
kebesarannya….
Demikianlah,
berlaku pula bagi Agama Islam, qurban dan pengurbanan ini. Makna ini telah
dijelaskan oleh al-Quran kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau
dua ayat. FIrman Allah swt.:
Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”,
padahal mereka belum lagi diuji?
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
Apakah
kalian mengira akan dapat masuk surga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah
orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun orang-orang yang ta bah
?
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
Sungguh,
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah
orang-orang yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusts.
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
Apakah
kalian mengira akan dibiarkan begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi
Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian?
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
Allah
tiada hendak membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini,
hingga dipisahkanNya mana-mana yang jelek daripada yang baik.
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
Dan
mushibah yang telah menimpa kalian di saat berhadapannya dua pasukan, adalah
dengan idzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman!”
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
Memang,
demikianlah al-Quran mendidik putera dan para pendukungnya bahwa pengurbanan
merupakan essensi atau sari dari keimanan, dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman
dan kekerasan dihadapi dengan kesabaran, keteguhan dan pantang mundur, hanyalah
akan membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan medgagumkan ….
Oleh
sebab itu di kala sedang meletakkan dasarnya, memancangkan tiang-tiang dan
mengemukakan model contohnya, hendaklah Agama Allah ini memperkukuh diri dengan
pengurbanan dan membersihkan jiwa dengan pengurbanan harta , maka
terpilihlah untuk kepentingan mulia ini beberapa orang putera, para pemuka dan
tokoh-tokoh utamanya untuk menjadi ikutan sempurna dan teladan istimewa bagi
orang-orang beriman yang menyusul kemudian!
Maka
Sumayyah …. Yassir . . . , dan ‘Ammar dari golongan luar biasa yang beroleh
barkah ini, adalah pilihan dari taqdir, yang dengan pengurbanan, ketekunan dan
keuletan mereka itu, dapat memateri kebesaran dan keabadian Islam secara kuat
dan kukuh ….
Telah
kita katakan tadi bahwa Rasulullah saw. tiap hari berkunjung ke tempat
disiksanya keluarga Yasir, mengagumi ketabahan dan kepahlawanannya . . . ,
sementara hatinya yang mulia bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan
menyaksikan mereka menerima siksa yang tak terderitakan lagi.
Pada
suatu hari ketika Rasulullah saw. mengunjungi mereka, ‘Ammar memanggilnya,
katanya:
“Wahai
Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak”.
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Siksaan yang dialami oleh ‘Ammar
dilukiskan oleh kawan-wannya dalam beberapa riwayat. Berkata ‘Amax bin Hakam:
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
Berkata pula ‘Ammar bin Maimun:
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
Bagaimanapun
juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa ‘Ammar, walau telah menekan
punggung dan menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka,
ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan
segala daya upaya dalam melampiaskan kedhaliman dan kekejiannya . . . . ,
semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas
dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam
air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka.
Pada
hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang
demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: “Pujalah olehmu
tuhan-tuhan kami!”, lalu diajarkan mereka kepadanya kata-kata pujaan itu,
sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya.
Ketika
ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, ‘tiba-tiba ia sadar
akan apa yang telah diucapkannya …. maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di
ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar
Yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi . . . , hingga beberapa saat
dirasakannya siksaan orang-orang musyrik terhadap dirinya sebagai obat pembalur
luka dan suatu keni’matan juga – - – -! Dan seandainya ia dibiarkan dalam
perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa
ajalnya
Ammar
dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah
karena jiwanya sedang berada ada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi
disangkanya iwanya telah menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa
hampir saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya Tetapi iradat Allah
Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang
mengharukan itu mendapat titik kesudahan yang amat luhur
Dan
tangan wahyu yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan ‘Ammar, bila
menyampaikan ucapan selamat kepadanya: “Bangunlah hai pahlawan . . . .!
Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat …. !
Ketika
Rasulullah saw. menemui shahabatnya itu didapatiya ia sedang menangis, maka
disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:
“Orang-orang
kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu
mengucapkan begini dan begitu …. ?
“Benar”,
wahai Rasulullah “, ujar ‘Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasulullah sambil
tersenyum: “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang
kamu katakan tadi …. !”
Lalu
dibacakan Rasullulah kepadanya ayat mulia seperti ini:
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah
‘Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya bertubi-tubi
tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi, terjadilah dan
‘a tidak akan peduli. jiwanya berbahagia, keimanannya di fihak yang menang!
ucaapan yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh Al-Qur’an ,
maka apa lagi yang akan dirisaukannya . . . ?
‘Ammar
menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga
pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di
hadapan tembok keimanan yang maka kukuh …. !
Setelah
pindahnya Rasulullah saw. ke Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau
bermukim di sana, secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan
barisannya.
Maka
di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini ‘Ammar pun mendapatkan
kedudukan yang tinggi …. Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan beliau
sering membanggakan keimanan dan ketaqwaan ‘Ammar kepada para shahabat.
Bersabda
Rasulullah saw.:
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
Dan
sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasulullah
saw. bersabda:
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
Maka
tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid pahlawan Islam itu selain segera
mendatangi ‘Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta ma’af …. !
Suatu
peristiwa terjadi pula ketika Rasulullah saw. bersama para shahabat mendirikan
mesjid di Madinah, yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Imam Ali
karamallahu wajhah menggubah sebuah bait sya’ir yang didendangkan
berulang-ulang diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya
adalah sebagai berikut:
“Orang
yang memakmurkan mesjid nilainya tidak sama . bekerja sambil duduk di sini
berdiri di sana … Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana . . .
Kebetulan
waktu itu ‘Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. la juga
turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi …. Salah seorang kawan
menyangka bahwa ‘Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan
dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata
yang menunjukkan kemarahan. Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya:
“Apa
maksud mereka terhadap ‘Ammar
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Jika
Rasulullah saw. telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim
demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya
terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran
budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan …. !
Demikian
halnya ‘Ammar ….
Berkat
ni’mat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada ‘Ammar ganjaran
setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Hingga
disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah dicapainya, maka
Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat dirinya sebagai contoh
teladan bagi para shahabat, sabdanya:
“Contoh
dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar . . . , dan ambillah
pula hiclayah yang dipakai ‘Ammar untuk jadi bimbingan!”
Mengenai
perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
Nah,
bagaimanakah kiranya garis kehidupan raksasa pendiam yang bermata biru dan
berdada lebar, serta tubuhnya penuh dengan bekas-bekas siksaan kejam, dan di
waktu yang bersamaan jiwanya telah ditempa dengan ketabahan yang amat mengagumkan
dan kebesaran yang luar biasa . . . ? Bagaimanakah jalan kehidupan yang
ditempuh oleh pengikut yang jujur dan Mu’min yang tulus serta pejuang yang
berani mati ini.
Sungguh
telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan
bersenjata, baik Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk . . . pendeknya semua tanpa
kecuali …. Dan tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke ar Rafiqul A’la, maka
raksasa ini tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya terus menerus
….
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Dan
tatkala Amirul Mu’minin Umar memilih calon-calon wali negeri secara cermat dan
hati-hati bagi Kaum Muslimin, maka matanya tetap tertuju dan tak hendak beralih
dari ‘Ammar bin Yasir …. Ia segera menemuinya dan mengangkatnya sebagai wali
negeri Kufah dengan Ibnu Mas’ud sebagai Bendaharanya. Dan kepada penduduknya
Umar menulis sepucuk Surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru
itu, katanya:
“Saya
kirim kepada tuan-tuan ‘Ammar bin Yasir sebagai ‘Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai
Bendahara dan Wazir … Kedua mereka adalah orang-orang pilihan, dari golongan
shahabat Muhammad saw, dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar. . . .!”
Dalam
melaksanakan pemerintahan, ‘Ammar melakukan suatu sistim yang rupanya tidak
dapat diikuti oleh orang-orang yang rakus akan dunia, hingga mereka mengadakan
atau hampir mengadakan persekongkolan terhadap dirinya …. Pangkat dan
jabatannya itu tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya.
Salah seorang yang hidup semasa dengannya di Kufah, yaitu Ibnu Abil Hudzail,
bercerita:
“Saya
lihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu menjadi ‘Amir di Kufah, membeli sayuran di pasar
lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung, dan membawanya
pulang . . . .”.
Dan
salah seorang awam berkata kepadanya sewaktu ia menjadi Amir di Kufah : “
hai orang yang telinganya terpotong! “, menghinanya dengan telinga yang
putus ketika menghadapi orang-orang murtad di pertempuran Yamamah, tetapi
jawaban Amir yang memegang tampuk kekuasaan itu tidak lebih dari:
“Yang
kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik …. Karena ia ditimpa kecelakaan
waktu perang fi sabilillah…. “.
Memang
telinganya putus dalam perang sabil di Yamamah
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
Ketika
dilihatnya gerakan Muslimin mengendor segera dibangkitkannya semangat mereka
dengan seruannya yang gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan
anak panah yang lepas dari busurnya ….
Abdullah
bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut:
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
Ketika
saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus
beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya . . .”
Wahai,
barangsiapa yang masih meragukan kebesaran Muhammad saw., seorang Rasul yang
benar dan guru yang sempurna, baiklah ia berdiri sejenak di hadapan
contoh-contoh yang telah ditunjukkan oleh para pengikut dan shahabatnya, lalu
bertanya kepada dirinya: “Siapakah yang akan mampu mengemukakan teladan dan
contoh luhur ini kalau bukan seorang Rasul mulia dan maka guru utama?”
Jika
mereka menerjuni suatu perjuangan di jalan Allah, pastilah mereka akan maju ke
depan bagaikan orang yang hendak mencari maut dan bukan merebut kemenangan …. !
Jika
mereka para khalifah dan hakim-hakim pengadilan, maka mereka takkan keberatan
memerahkan susu untuk wanita janda tua atau mengadon tepung roti untuk
anak-anak yatim, sebagai dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar …. !
Dan
jika mereka para pembesar, maka mereka takkan malu dan merasa segan untuk
memikul makanan yang dhkat dengan tali di atas punggung mereka, seperti kita
saksikan pada ‘Ammar; atau menyerahkan gaji yang menjadi haknya lalu pergi
menjalin daun kurma untuk kantong atau bakul sebagai yang diperbuat olen Salman
…. !
Wahai,
marilah kita tekurkan kening dan tundukkan kepala kita, sebagai ta’dhim dan
penghormatan kepada Agama yang telah mengajari mereka semua, dan kepada
Rasulullah yang telah mendidik mereka …. dan sebelum Agama serta Rasulullah
itu, terutama kepada Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, yang telah memilih mereka
untuk semua ini, serta menjadikan mereka sebagai pelopor dan sebaik-baik ummat
yang pernah dilahirkan sebagai teladan bagi seluruh
manusia I
Ketika
itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan
ghaib, sedang berkemas-kemas menghadapi panggilan Illahi atau menghadapi
sekarat mautnya. Kawankawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan
kepadanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi pertikaian
di antara ummat … ?” Sambil mengucapkan kata-katanya yang akhir, Hudzaifah
menjawab:
“Ikutilah
oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah
dengan kebenaran … . !”
Benar,
‘Ammar akan tetap mengikuti kebenaran itu ke mana saja perginya . . . . Dan
sekarang sementara kita menyelusuri jejak langkahnya, dan menyelidiki
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri
suatu peristiwa besar ….!Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang
mempesona dan amat mengharukan itu, baik tentang keutamaan dan kesempurnaannya,
tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang kegigihan dan kesungguhannya.
Marilah
kita perhatikan lebih dulu suatu peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, ialah
ungkapan Rasulullah mengenai peristiwa yang akan menimpa ‘Ammar di kemudian
hari!
Hal
itu terjadi tidak lama setelah menetapnya Kaum Muslimin di Madinah. Dan Rasul
al-Amin yang dibantu oleh shahabat-shahabatnya yang budiman sibuk dalam
membaktikan diri kepada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan mesjid-Nya.
Hati yang beriman dipenuhi kegembiraan dan sinar harapan menyampaikan
puji dan syukur kepada Allah …!
Semua
bekerja dengan riang gembira . . . ,semua mengangkat batu .Mengaduk pasir
dengan kapur atau mendirikan tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di
sana, sedang cakrawala bahagia bergema dipenuhi nyanyian mereka
yang dikumandangkan dengan suara merdu dan seronok:
“Andainya
kita duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi sibuk bekerja tak pernah diam ….
Maka
perbuatan kita adalah perbuatan sesat lagi menyesatkan
Pemikian mereka bernyanyi dan berdendang. Lalu alunan suara mereka
menyanyikan lagu lainnya:
“Ya Allah, hidup bahagia adalah
hidup di akhirat
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Tak
ubahnya mereka bagai anai-anai yang sedang sibuk bekerja, bahkan mereka adalah
balatentara Allah yang memanggul bendera-Nya dan membina bangunan-Nya.
Sementara
Rasulullah yang budiman lagi terpercaya tak hendak terpisah dari mereka,
mengangkat batu yang paling berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar . .
. . dan alunan suara mereka yang sedang berdendang melukiskan kegembiraan yang
tulus dan hati yang pasrah . . . , sedang langit tempat mereka bernaung
berbangga diri terhadap bumi tempat mereka berpijak . . . , pendeknya kehidupan
yang penuh gairah sedang menyelenggarakan pesta pora yang paling meriah.
Maka
di tengah-tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, kelihatanlah
‘Ammar bin Yasir sedang mengangkat batu besar dari tempat pengambilannya ke
perletakannya.
Tiba-tiba
“rahmat kurnia Allah” yakni Muhammad Rasulullah melihatnya, dan rasa santun
belas kasihan telah membawa beliau mendekatinya, dan setelah berhampiran maka
tangan beliau yang penuh barkah itu mengipaskan debu yang menutupi kepala
‘Ammar lalu dengan pandangan yang dipenuhi nur Ilahi diamat-amati wajah yang
beriman diliputi ketenangan itu, kemudian bersabda di hadapan semua
shahabatnya:
“Aduhai
Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka …. . 1),
Ramalan
ini diulangi oleh Rasulullah sekali lagi . . . , kebetulan bertepatan dengan
ambruknya dinding di atas tempat ‘Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya
menyangka bahwa ia tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu.
Para shahabat sama terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada
menenangkan dan penuh kepastian, Rasul “Tidak, ‘Ammar tidak apa-apa, hanya
nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka
Maka
wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan golonggan tersebut ….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
‘Ammar
mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan tembus yang
disingkapkan oleh Rasul yang utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena
semenjak menganut Islam ia telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati
syahid di setiap detik baik siang maupun malam
Dan
hari-hari pun
berlalu
tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah saw. telah kembali ke tempat
tertinggi disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi …. lalu berangkat pula
Umar pergi mengiringi …. Setelah itu khilafat dipegang oleh Dzun Nurain
Utsman bin ‘Affan ….
Sementara
itu musuh-musuh Islam yang bergerak di bawah tanah, berusaha menebus
kekalahannya di medan tempur dengan jalan menyebarluaskan fitnah ….
Terbunuhnya
Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh atau subversi ini, yang
gerakannya merembes ke Madinah tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari
negeri yang kerajaan dan singgasananya telah dibebaskan oleh ummat islam
Berhasillah
usaha mereka terhadap umar membangkitkan minat dan semangat mereka untuk
melanjutkan, mereka sebarkan fitnah dan menyalakan apinya ke sebagian
besar negeri-negeri islam. Dan mungkin Ustman r.a tidak memperhatikan perhatian
khusus terhadap masalah ini hingga terjadi pula yang menyebabkan
syahidnya ustman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin . . .
Mu’awiyah
bangkit hendak merebut jabatan khalifah dari tangan khalifah Ali karamallahu
wajhah yang baru diangkat dan dibai’at. Dan pendirian shahabat pun
bermacam-macam, ada yang menghindar dan mengunci diri di rumahnya, dengan
mengambil ucapan Ibnu Umar sebagai semboyannya:
“Siapa
yang menyerukan marilah shalat, saya penuhi …. Dan siapa yang
mengatakan: marilah mencapai bahagia, saya turuti . . . .
Tetapi
yang mengatakan: marilah bunuh saudaramu yang Muslimin dan marilah rampas harta
bendanya, maka saya jawab: tidak. . .!”
Di
antara mereka ada yang berpihak kepada Mu’awiyah. Dan ada pula yang
berdiri mendampingi Ali, membai’at dan pengangkatannya sebagai khalifah Kaum
Muslimin ….
Dan
tahukah anda di pihak mana ‘Ammar berdiri waktu itu? pihak siapakah berdirinya
laki-laki yang mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
bagaimanakah pendirian orang yang
mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah pula bersabda:
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
orang
yang bila suaranya kedengaran mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera
menyambut dengan sabdanya: “Selamat datang bagi orang baik dan diterima baik .
. . , idzinkanlah ia masuk . . . !”
la
berdiri di samping Ali bin Abi Thalib, bukan karena fanatik atau berpihak,
tetapi karena tunduk kepada kebenaran teguh memegang janji! Ali adalah Khalifah
Kaum Muslimin, berhak menerima bai’at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat itu
diterimanya, karena memang ia berhak untuk itu dan layak untuk menjabatnya ….
Baik sebelum maupun sesudah ini, Ali memiliki keutamaantamaan yang menjadikan
kedudukannya di samping Rasul tak ubah bagai kedudukan Harun di samping Musa
…. Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, ‘Ammar selalu mengikuti
kebenaran ke mana juga perginya, dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya
dalam perselisihan ini. Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun berhak atas
hal ini dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di sampingnya
….
Dan
Ali r.a. sendiri merasa gembira atas sokongan yang diberikannya itu, inungkin
tak ada kegembiraan yang lebih besar daripada itu, hingga keyakinannya bahwa ia
berada di pihak Yang benar kian bertambah, yakni selama tokoh utama pencinta
kebenaran ‘Ammar datang kepadanya dan berdiri di sisinya ….
Kemudian
datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi
pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan.
Dan ‘Ammar ikut bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun ….
Apa dalam usia 93 tahun ia masih
pergi ke medan juang
Benar . . . , selama menurut
keyakinannya peperangan itu menjadi tugas kewajibannya, Bahkan ia melakukannya
lebih semangat dan dahsyat dari yang dilakukan oleh orang-orang muda berusia 30
tahun ….
Tokoh yang pendiam dan jarang bicara
ini hampir saja tidak menggerakkan kedua bibirnya, kecuali mengucapkan
kata-kata mohon perlindungan berikut:
“Aku berlindung kepada Allah dari
fitnah …. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah . . . .”.
Tak
lama setelah Rasulullah wafat, kata-kata ini merupakan do’a yang tak putus
lekang dari bibirnya. Dan setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak
do’a dan mohon perlindungannya itu . . . , seolah-olah hatinya yang suci
merasakan bahaya mengancam yang semakin dekat dan menghampiri juga.
Dan
tatkala bahaya itu tiba dan fitnah merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di
mana ia harus berdiri. Maka di hari perang Shiffin walaupun sebagai telah kita
katakan usianya telah 93 tahun, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela
kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan
terhadap pertempuran ini telah dima’lumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
“Hai
ummat manusia!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Demi
Allah! Maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan belanya itu, tetapi sebenarnya
mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan
mereka mengetahui bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu
serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu
memeluk Agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk
ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak pula dijumpai
dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan mendorong mereka untuk
mengikuti kebenaran . . . !
Mereka
telah menipu orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian
Utsman, padahal tujuan mereka Yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan
penguasa adikara …. ! “
Kemudian
diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi di atas
kepada sambil berseru:
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
Demi
nyawa saya berada dalam tangan-Nya … Seandainya mereka menggempur dan menyerbu
hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu pasti bahwa kita
berada di pihak yang haq, dan bahwa mereka di pihak Yang bathil …. ! “
Orang-orang
mengikuti ‘Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya.
Berkatalah
Abu Abdirrahman Sullami: “Kami ikut serta dengan Ali r.a. di pertempuran
Shiffin, maka saya lihat ‘Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu
jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para shahabat Rasulullah pun
mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka …. ! “
Dan
mengenai ‘Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup ke medan juang, ia
yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya . . . . Ramalan Rasulullah saw.
terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar:
“Ammar
akan dibunuh oleh golongan pendurhaka … !
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
Kemudian
bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu’awiyah dan orang-orang
sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang
nyaring yang menggetarkan:
“Dulu kami hantam kalian di saat
diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Maksudnya
dengan sya’irnya itu, bahwa para shahabat yang terdahulu dan ‘Ammar termasuk
salah seorang di antara mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang
dikepalai oleh Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji‑
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
Dan
sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan
meskipun al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka,
tetapi menurut ijtihad ‘Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan
pengertiannya terhadap maksud dan tujuan al-Quran , meyakinkan dirinya akan
keharusan memerangi mereka, sampai barang yang dirampas itu kembali kepada
pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk
selama-lamanya ….
Juga
maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka
kafir kepada Agama dan kafir ‘kepada al-Quran …. Dan sekarang mereka
menggempur orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang
dari ajaran al-Quranul Karim serta mengacaukan ta’wil dan salah menafsirkannya,
dan mencoba hendak menyesuaikan tujuan ayaat-ayatnya dengan kemauan dan
keinginan mereka pribadi
Maka
tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang
menonjol dengan gagah berani. Dan ‘sebelum ia berangkat ke rafiqul ‘la, ia
tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya
sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan dan
mendalam ….
Orang-orang
dari pihak Mu’awiyah mencoba sekuat daya ntuk menghindari ‘Ammar, agar pedang
mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa
merekalah golongan pendurhaka ……
Tetapi
keperwiraan ‘Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga,
menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah
Mu’awiyah mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga telah
kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan wallah ‘Ammar di tangan tentara
Mu’awiyah………..
Sebagian
besar dari tentara Mu’awiyah terdiri dari orangrang yang baru saja masuk Agama
Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya
genderang menangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan islam, baik dari
kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka
mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang
saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu’awiyah dan penolakannya untuk
mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam …Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu
bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan
bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan
jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi
bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli
akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar ….
Berita
tewasnya ‘Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah saw. yang didengar oleh
semua shahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang
telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut-ke mulut:
“Aduhai Ibnu Sumayyah ….
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
Maka sekarang tahulah orang-orang
siapa kiranya golongan pendurhaka itu . . . , yaitu golongan yang membunuh
‘Ammar …. yang tidak lain dari pihak Mu’awiyah …. !
Dabat
di atas jasadnya, maka ruhnya yang mulia telah bersemayam lena di tempat
bahengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian
bertambah. Sementara di pihak Mu’awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati
mereka, bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung
ke pihak Ali ….
Mengenai
Mu’awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar
mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar
adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa ‘Ammar akan dibunuh
oleh golongan pemberontak . . . . Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu .
. . . ? Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: “Yang telah membunuh ‘Ammar
ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan membawanya pergi
berperang …. !
Maka
tertipulah dengan ta’wil yang dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud
tertentu dalam hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat
yang telah ditentukan ….
Adapun
‘Ammar, ia dipangku oleh Imam Ali ke tempat,Ia menshalatkannya bersama Kaum
Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang
dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau
beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia,
seorang suci utama dari tingkatan Ammarr
Dan
Kaum Muslimin pun berdiri keheran-heranan di kuburnya …Semenjak beberapa saat
yang lalu ‘Ammar berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan . .. ,
hatinya penuh dengan kegembiraan, tak ubah bagai seorang perantau yang
merindukan kampung halaman tiba-tiba dibawa pulang, dan terlompatlah dari
mulutnya seruan:
“Hari ini aku akan berjumpa dengan
para kekasih tercinta. . . .
Dengan Muhammad saw. dan para
shahabatnya………….
Apakah
ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan bertemu dan waktu
yang sangat ia tunggu-tunggu Para shahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya:
“Apakah anda masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah saw. . . . , dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri
lalu sabdanya:
“Surga telah merindukan ‘Ammar.. . .
“.
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
Nah,
bila demikian halnya, maka surga benar-benar telah merindukan ‘Ammar
… ‘ Dan jika demikian, maka
telah lama surga merindukannya, sedang kerinduannya tertangguh, menunggu
‘Ammar menyelesaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya . . . . Dan tugas
itu telah dilaksanakannya dan dipenuhinya dengan hati gembira.
Maka
sekarang ini, tidakkah sudah selayaknya ia memenuhi panggilan rindu yang datang
menghimbau dari haribaan surga
Memang,
datanglah saatnya ia mengabulkan panggilan itu, karena tak ada balasan kebaikan
kecuali kebaikan pula …Demikianlah dilemparkannya tombaknya, dan setelah itu ia
pergi berlalu ….
Dan
ketika tanah pusaranya didatarkan oleh para shahabat di atas jasadnya, maka
ruhnya yang mulia telah bersemayam lena di tempat bahagia …. nun di sana dalam
surga yang kekal abadi, yang telah lama rindu menanti ….
0 komentar:
Posting Komentar