SAID BIN ‘AMIR
SAID
BIN ‘AMIR
PEMILIK KEBESARAN DI BALIK KESEDERHANAAN
PEMILIK KEBESARAN DI BALIK KESEDERHANAAN
Siapa yang kenal nama ini, dan siapa
pula di antara kita yang pernah mendengarnya sebelum ini … ?
Berat dugaan bahwa banyak di antara
kita — kalau tidak semua —yang belum pernah mendengarnya sama sekali. Dan saya
yakin bahwa anda sekalian sekarang sama menunggu dan bertanya-tanya, siapakah
kiranya Sa’id bin ‘Amir ini … ?
Tentu! Saat ini akan anda ketahui
juga siapa dia tokoh tersebut …. I
Ia adalah salah seorang shahabat Rasulullah yang utama, walaupun namanya tidak seharum nama mereka yang telah terkenal. Ia adalah salah seorang yang taqwa dan tak hendak menonjolkan diri!
Ia adalah salah seorang shahabat Rasulullah yang utama, walaupun namanya tidak seharum nama mereka yang telah terkenal. Ia adalah salah seorang yang taqwa dan tak hendak menonjolkan diri!
Mungkin ada baiknya kita kemukakan
di sini bahwa ia tak pernah absen dalam semua perjuangan dan jihad yang
dihadapi Rasulullah saw. Tetapi itu telah menjadi pola dasar kehidupan semua
orang Islam. Tidak selayaknya bagi orang yang beriman akan tinggal berpangku
tangan dan tidak hendak turut mengambil bagian dalam apa juga yang dilakukan
Nabi, baik di arena damai maupun dalam kancah peperangan.
Sa’id menganut Islam tidak lama
sebelum pembebasan Khaibar. Dan semenjak itu ia memeluk Islam dan bai’at kepada
Rasulullah saw. Seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita‑citanya .dibaktikan
kepada keduanya. Maka ketaatan dan kepatuhan, zuhud dan keshalihan, keluhuran
dan ketinggian, pendeknya segala sifat dan tabi’at utama, mendapati manusia
suci dan baik ini sebagai saudara kandung dan teman yang setia … !
Dan ketika kita berusaha hendak
menemui dan menjajagi kebesarannya, hendaklah kita bersikap hati-hati dan
waspada, hingga kita tidak terkecoh menyebabkannya lenyap atau lepas dari
tangan . . . . Karena sewaktu pandangan kita tertumbuk pada Sa’id dalam
kumpulan orang banyak, tidak suatu pun keistimewaan yang akan memikat dan
mengundang perhatian kita. Mata kita akan melihat salah seorang anggota regu
tentara dengan tubuh berdebu dan berambut yang kusut masai, yang baik pakaian
maupun bentuk lahirnya tak sedikit pun bedanya dengan golongan miskin lainnya
dari Kaum Muslimin … !
Seandainya yang kita jadikan ukuran
itu pakaian dan rupa lahir, maka takkan kita jumpai petunjuk yang akan
menyatakan siapa sebenarnya ia.
Kebesaran tokoh ini lebih mendalam
dan berurat akar daripada tersembul di permukaan lahir yang kemilau. la jauh
tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya …. Tahukah anda
sekalian akan mutiara yang terpendam di perut lokan
Nah, keadaannya boleh ditamsilkan dengan itu ….
Nah, keadaannya boleh ditamsilkan dengan itu ….
Ketika Amirul Mu’minin Umar bin
Khatthab memecat Mu’awiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria, ia
menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Dan
sistim yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya, merupakan
suatu sistim yang mengandung segala kewaspadaan, ketelitian dan pemikiran yang
matang. Sebabnya ialah karena ia menaruh keyakinan bahwa setiap kesalahan yang
dilakukan oleh setiap penguasa di tempat Yang jauh sekali pun, maka yang akan
ditanya oleh Allah swt. ialah dua orang: pertama Umar . . . , dan kedua baru
penguasa Yang melakukan kesalahan itu ….
Oleh sebab itu syarat-syarat yang
dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan amat
berat dan ketat serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna,
setajam penglihatan dan setembus pandangannya …. Di Syria ketika itu merupakan
wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan di sana sebelum datangnya
Islam mengikuti peradaban yang silih berganti, di samping ia merupakan pusat
perdagangan yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang . . . ,
hingga karena itu dan disebabkan hal itu ia merupakan suatu negeri yang penuh
godaan dan rangsangan. Maka menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk
negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan syetan manapun .
. . , seorang zahid yang gemar beribadat, yang tunduk dan patuh serta
melindungkan diri kepada Allah ….
Tiba-tiba Umar berseru, katanya:
“Saya telah menemukannya … I Bawa ke sini Sa’id bin ‘Amir … ! “
Tak lama antaranya datanglah Sa’id mendapatkan Amirul Mu’minin yang menawarkan jabatan sebagai wali kota Homs. Tetapi Sa’id menyatakan keberatannya, katanya: “Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mu’minin … ! “
Tak lama antaranya datanglah Sa’id mendapatkan Amirul Mu’minin yang menawarkan jabatan sebagai wali kota Homs. Tetapi Sa’id menyatakan keberatannya, katanya: “Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mu’minin … ! “
Dengan nada keras Umar menjawab:
“Tidak, demi Allah saya tak hendak melepaskan anda! Apakah tuan-tuan hendak
membebankan amanat dan khilafat di atas pundakku lalu tuan-tuan meninggalkan
daku . “
Dalam sekejap saat, Sa’id dapat
diyakinkan. Dan memang kata-kata yang diucapkan Umar layak untuk mendapatkan
hasil Yang diharapkan itu.
Sungguh suatu hal yang tidak adil
namanya bila mereka mengalungkan ke lehernya amanat dan jabatan sebagai
khalifah, lalu mereka tinggalkan ia sebatang kara ….
Dan seandainya seorang seperti Sa’id
bin ‘Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hukum, maka siapa lagi
yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang amat berat itu … ?
Demikianlahakhirnya Sa’id berangkat
ke Homs. Ikut bersamanya isterinya; dan sebetulnya kedua mereka adalah pengantin
baru. Semenjak kecil isterinya adalah seorang wanita Yang amat cantik
berseri-seri. Mereka dibekali Umar secukupnya, Ketika kedudukan mereka di
Homs telah mantap, sang isteri bermaksud menggunakan haknya sebagai isteri
untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka.
Diusulkannya kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan
rumah tangga, lalu menyimpan sisanya.
Jawab Sa’id kepada isterinya:
“Maukah kamu saya tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu? Kita berada di
suatu negeri yang amat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Maka
lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya
sebagai modal dan akan memperkembangkannya … !
“Bagaimana jika perdagangannya
rugi?” tanya isterinya. “Saya akan sediakan borg atau jaminan”, ujar Sa’id.
“Baiklah kalau begitu” kata isterinya pula. Kemudian Sa’id pergi ke luar, lalu
membeli sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat bersahaja, dan sisanya —
yang tentu masih banyak itu — dibagi-bagikannya kepada faqir miskin dan
orang-orang membutuhkan.
Hari-hari pun berlalu, dan dari
waktu ke waktu. isteri Sa’id menanyakan kepada suaminya soal perdagangan mereka
dan bilakah keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Sa’id bahwa
perdagangan mereka berjalan lancar, sedang keuntungan bertambah banyak dan kian
meningkat.
Pada suatu hari isterinya memajukan
lagi pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara
yang sebenarnya. Sa’id pun tersenyum lalu tertawa yang menyebabkan timbulnya
keraguan dan kecurigaan sang isteri. Didesaknyalah suaminya agar
menceritakannya secara terus terang. Maka disampaikannya bahwa harta itu telah
disedeqahkannya dari semula.
Wanita itu pun menangis dan
menyesali dirinya karena harta itu tak ada manfaatnya sedikit pun, karena tidak
jadi dibelikan untuk keperluan hidup dirinya, dan sekarang tak sedikit pun
tinggal sisanya ….
Sa’id memandangi isterinya,
sementara air mata penyesalan dan kesedihan telah menambah kecantikan dan
kemolekannya. Dan sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi
dirinya, Sa’id menujukan penglihatan bathinnya ke surga, maka tampaklah di sana
kawan-kawannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu katanya:
“Saya mempunyai kawan-kawan yang
telah lebih dulu menemui Allah . . . dan saya tak ingin menyimpang dari jalan
mereka, walau ditebus dengan dunia dan segala isinya
Dan karena is takut akan tergoda oleh kecantikan isterinya itu, maka katanya pula yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama isterinya:
“Bukankah kamu tabu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jeli, hingga andainya seorang saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan …
Maka mengurbankan dirimu demi untuk mendapathan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengurbankan mereka demi karena dirimu … ! “
Diakhirinya ucapan itu sebagaimana dimulainya tadi, dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah … Isterinya diam dan maklum bahwa tak ada yang lebih utama ? dan mengendalikan diri untuk mencontoh sifat zuhud dan ke taqwaannya … !
Dan karena is takut akan tergoda oleh kecantikan isterinya itu, maka katanya pula yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama isterinya:
“Bukankah kamu tabu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jeli, hingga andainya seorang saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan …
Maka mengurbankan dirimu demi untuk mendapathan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengurbankan mereka demi karena dirimu … ! “
Diakhirinya ucapan itu sebagaimana dimulainya tadi, dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah … Isterinya diam dan maklum bahwa tak ada yang lebih utama ? dan mengendalikan diri untuk mencontoh sifat zuhud dan ke taqwaannya … !
Dewasa itu Homs digambarkan sebagai
Kufah kedua. Hal disebabkan sering terjadinya pembangkangan dan pendurhakaan
penduduk terhadap para pembesar yang memegang kuasaan. Dan karena kota Kufah
dianggap sebagai pelopor slam soal pembangkangan ini, maka kota Homs
diberi julukan bagai Kufah kedua. Tetapi bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs
ini menentang pemimpin-pemimpin mereka sebagai kita sebutkan itu, namun
terhadap hamba yang shalih sebagai Sa’id, hati mereka dibukakan Allah, hingga
mereka cinta dan taat kepadanya.
Pada suatu hari Umar menyampaikan
berita kepada Said: “Orang-orang Syria mencintaimu . . .!” “Mungkin sebabnya
karena saya suka menolong dan membantu mereka”, ujar Said. Hanya bagaimana juga
cintanya warga kota Homs terhadap Said, namun adanya keluhan dan pengaduan tak
dapat dielakkan . . . , sekurang-kurangnya untuk membuktikan bahwa Homs masih
tetap menjadi saingan berat bagi kota Kufah di Irak … !
Suatu ketika, tatkala Amirul
Mu’minin Umar berkunjung ke Homs, ditanyakannya kepada penduduk yang sedang
berkumpul lengkap: “Bagaimana pendapat kalian tentang Sa’id . . . ?”
Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi rupanya pengaduan itu
mengandung barkah, karena dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran
pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang amat menakjubkan serta mengesankan … !
Dari kelompok yang mengadukan itu
Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu demi satu.
Maka atas nama kelompok tersebut majulah pembicara yang mengatakan:
“Ada empat hal yang hendak kami
kemukakan:
1. la baru keluar
mendapatkan kami setelah tinggi hari
2. Tak hendak melayani seseorang di waktu malam hari ….
3. Setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menemuinya….
4. Dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan . . .”.
2. Tak hendak melayani seseorang di waktu malam hari ….
3. Setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menemuinya….
4. Dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan . . .”.
Umar tunduk sebentar dan berbisik
memohon kepada Allah, katanya: “Ya Allah, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu
terbaik, maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset “.
Lalu Said dipersilahkan untuk
membela dirinya, ia berkata:
“Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya, . . . Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu untuk shalat dluha. Setelah itu barulah saya keluar mendapatkan mereka … ! “
“Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya, . . . Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu untuk shalat dluha. Setelah itu barulah saya keluar mendapatkan mereka … ! “
Wajah Umar berseri-seri, dan
katanya: “Alhamdulillah …. dan mengenai yang kedua?”
Maka Sa’id pun melanjutkan
pembicaraannya:
“Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam . . . , maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya .. .! Saya telah menyediakan Siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta’ala . . . ! sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka . . . , maka sebabnya sebagai saya katakan tadi — saya tak punya khadam yang akan mencuci pakaian, sedang pakaianku tidak pula banyak untuk dipergantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang … Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan . . . sebabnya karena ketika di Mekah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: “Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat .. .? Jawab Khubaib: Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekalipun…
“Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam . . . , maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya .. .! Saya telah menyediakan Siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta’ala . . . ! sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka . . . , maka sebabnya sebagai saya katakan tadi — saya tak punya khadam yang akan mencuci pakaian, sedang pakaianku tidak pula banyak untuk dipergantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang … Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan . . . sebabnya karena ketika di Mekah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: “Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat .. .? Jawab Khubaib: Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekalipun…
Maka setiap terkenang akan peristiwa
yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik, lalu
teringat bahwa saya berpangku tangan dan tak hendak mengulurkan pertolongan
kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa Allah, hingga
ditimpa penyakit yang mereka katakan itu . . . “.
Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang shalih ….
Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang shalih ….
Mendengar itu Umar tak dapat lagi
menahan diri dan rasa harunya, maka berseru karena amat gembira: “Alhamdulillah,
karena dengan taufiq-Nya firasatku tidak meleset adanya . . .!” Lalu dirangkul
dan dipeluknya Sa’id, serta diciumlah keningnya yang mulia dan bersinar cahaya…
.
Nah, petunjuk macam apakah yang
telah diperoleh makhluq seperti ini . . . ?
Guru dari kaliber manakah Rasulullah saw. itu … ?
Dan sinar tembus seperti apakah Kitabullah itu ……..
Corak sekolah yang telah memberikan bimbingan dan meniupkan inspirasi manakah Agama Islam ini … ?
Tetapi mungkinkah bumi dapat memikul di atas punggungnya jumlah yang cukup banyak dari tokoh-tokoh berkwalitas demikian?
Guru dari kaliber manakah Rasulullah saw. itu … ?
Dan sinar tembus seperti apakah Kitabullah itu ……..
Corak sekolah yang telah memberikan bimbingan dan meniupkan inspirasi manakah Agama Islam ini … ?
Tetapi mungkinkah bumi dapat memikul di atas punggungnya jumlah yang cukup banyak dari tokoh-tokoh berkwalitas demikian?
Sekiranya mungkin, tentulah ia tidak
disebut bumi atau dunia lagi …. lebih tepat bila dikatakan Surga Firdausi ….
Sungguh, ia telah menjadi Firdaus yang telah dijanjikan Allah! Dan karena
Firdaus itu belum tiba waktunya, maka orang-orang yang lewat di muka bumi dan
tampil di arena kehidupan dari tingkat tinggi dan mulia seperti ini amat
sedikit dan jarang adanya . . . Dan Sa’id bin ‘Amir adalah salah seorang di
antara mereka ….
Uang tunjangan dan gaji yang
diperolehnya banyak sekali, sesuai dengan kerja dan jabatannya, tetapi yang
diambilnya hanyalah sekedar keperluan diri dan isterinya, sedang selebihnya
dibagi-bagikan kepada rumah-rumah dan keluarga-keluarga lain yang
membutuhkannya.
Suatu ketika ada yang menasihatkan
kepadanya: Berikanlah kelebihan harta ini untuk melapangkan keluarga dan famili
isteri anda! Maka ujarnya: “Kenapa keluarga dan ipar besanku saja yang harus
lebih kuperhatikan . ., .? Demi Allah, tidak! Saya tak hendak menjual keridlaan
Allah dengan kaum kerabatku – - -!”
Memang telah lama dianjurkan orang
kepadanya: “Janganlah ditahan-tahan nafqah untuk diri pribadi dan keluarga
anda, dan ambillah kesempatan untuk meni’mati hidup!”
Tetapi jawaban yang keluar hanyalah
kata-kata yang senantiasa diulang-ulangnya: “Saya tak hendak ketinggalan dari
rombongan pertama, yakni setelah saya dengar Rasulullah saw. bersabda:
“Allah ‘Azza wa Jalla akan
menghimpun manusia untuk dihadapkan he pengadilan. Maka .datanglah orang-orang
miskin yang beriman, berdesak-desakkan maju he depan tak ubahnya bagai kawanan
burung merpati. Lalu ada yang berseru kepada mereka: Berhentilah kalian untuk
menghadapi perhitungan! Ujar mereka: Kami tak punya spa-spa untuk dihisab. Maka
Allah pun berfirman: Benarlah hamba-hamba-Ku itu . . . ! Lalu masuklah mereka
he dalam surga sebelum orang-orang lain masuk
Dan pada tahun 20 Hijriyah dengan lembaran yang paling bersih, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang Paling cemerlang., Sa’id bin ‘Amir pun menemui Allah ….
Dan pada tahun 20 Hijriyah dengan lembaran yang paling bersih, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang Paling cemerlang., Sa’id bin ‘Amir pun menemui Allah ….
Telah lama sekali rindunya terpendam
untuk menyusul rombongan perintis, yang hidupnya telah dinadzarkannya untuk
memelihara janji dan mengikuti langkah mereka ….
Sungguh, rindunya telah tiada terkira untuk dapat menjumpai Rasul yang menjadi gurunya, serta teman sejawatnya yang shalih dan suci ….!
Sungguh, rindunya telah tiada terkira untuk dapat menjumpai Rasul yang menjadi gurunya, serta teman sejawatnya yang shalih dan suci ….!
Maka sekarang la akan menemui mereka
dengan hati tenang, jiwa yang tenteram dan beban yang ringan ….
Yang tak ada beserta atau di belakangnya beban dunia atau harta benda yang akan memberati punggung atau menekan bahunya ….
Yang tak ada beserta atau di belakangnya beban dunia atau harta benda yang akan memberati punggung atau menekan bahunya ….
Tak ada yang dibawanya kecuali
zuhud, keshalihan dan ketagwaannya serta kebenaran jiwa dan budi baiknya ….
Semua itu adalah keutamaan yang akan memberatkan daun timbangan, dan
sekali-kali takkan memberatkan beban pikulan … !
Keistimewaan tersebut dipergunakan
oleh pemiliknya untuk menggoncang dunia, dan dijadikan pegangan yang kokoh sehingga
tak tergoyahkan oleh tipu daya dunia … !
Selamat bahagia bagi Sa’id bin
‘.,4mir … !
Selamat baginya, baik selagi hidup maupun sctelah wafatnya…!
Selamat, sekah lagi selamat, terhadap riwayat dan kenan-kenangannya.
Serta selamat bahagia pula bagi Para shahabat Rasulullah yakni orang-orang mulia dan gemar beramal serta rajin beribadat … !
Selamat baginya, baik selagi hidup maupun sctelah wafatnya…!
Selamat, sekah lagi selamat, terhadap riwayat dan kenan-kenangannya.
Serta selamat bahagia pula bagi Para shahabat Rasulullah yakni orang-orang mulia dan gemar beramal serta rajin beribadat … !
0 komentar:
Posting Komentar